"Apakah anda berisiko terkena osteoporosis? Jika anda seorang wanita, maka jawabannya adalah, ya." Demikian tulis Miriam Nelson, seorang peneliti olahraga di Tufts University dalam bukunya yang baru berjudul, ‘Strong Women, Strong Bones’. "Penyakit ini akan berkembang pada sekitar satu dari 3 wanita, demikian pula pada sekitar satu diantara 5 pria," katanya.
Pada para wanita, osteoporosis bertambah buruk setelah menopause, ketika produksi hormon estrogen menurun drastis. Fungsi hormon estrogen diantaranya adalah memelihara kepadatan tulang. Tapi kondisi ini bisa berkembang pada wanita jauh lebih dini, kata Nelson. Dalam melakukan penelitian bagi bukunya, dia terkejut akan banyaknya wanita yang terkena osteoporosis pada usia 20-an, 30-an, dan 40-an.
Faktor-faktor tertentu bisa meningkatkan risiko osteoporosis, misalnya memiliki tubuh yang tinggi dan ramping, terdapat riwayat penyakit ini dalam keluarga, dan menggunakan obat steroid untuk arthritis (radang sendi) dan asma. Penggunaan alkohol dan merokok juga bisa menaikkan risiko.
Tapi para wanita bisa mengurangi risiko dengan makan dan berolahraga dengan teratur. Diet yang baik meliputi kalsium yang cukup, untuk membangun tulang. Dan olahraga yang baik termasuk latihan berat. Olahraga merangsang tubuh untuk membangun tulang yang lebih kuat, dan latihan berat merupakan bagian yang penting dari program tersebut, demikian menurut Nelson.
"Yang saya anjurkan adalah berolahraga selama 2 sampai 3 hari seminggu," kata Nelson. "Itu sangat penting untuk tulang. Dan ini bahkan bermanfaat bagi wanita yang lemah, tapi mereka sebaiknya berkonsultasi dulu dengan dokter sebelum memulai, katanya. Bagi mereka yang bisa melakukannya, melompat adalah bentuk latihan tulang yang sangat baik, kata Nelson. Contohnya bola basket, memberi tekanan pada tulang, jadi menyebabkan perbaikan, katanya.
Bentuk olah raga lain bisa membantu dengan mengurangi risiko jatuh, yang menyebabkan tulang retak atau patah pada orang yang tulangnya rapuh. Latihan ini termasuk keseimbangan, peregangan, dan aktivitas aerobik.
Akan tetapi, kebalikannya, diet dan olahraga yang terlalu ketat bisa menyebabkan kehilangan tulang, bahkan pada wanita muda, kata Barbara Drinkwater, ahli fisiologi latihan dari Pacific Medical Center, Seattle.
Beberapa atlet, dan para wanita yang mengalami penyakit seperti anoreksia (hilangnya nafsu makan), makan hanya sedikit dan membakar banyak kalori, mereka pada hakekatnya menghentikan produksi estrogen mereka, kata Drinkwater. "Secara hormon mereka termasuk paska menopause, walaupun usia mereka belum 20-an, katanya lagi. Jika mereka tidak mengalami haid selama satu tahun atau lebih, mereka harus sadar mereka berisiko pada penyakit ini, katanya.
Karena kehilangan tulang adalah kondisi yang terjadi perlahan-lahan, para remaja ini tidak sadar mereka telah kehilangan kepadatan tulang sampai tulang tersebut patah atau retak, kata Drinkwater.
Bagaimanapun juga, masa muda adalah cara termudah untuk membentuk tulang yang kuat, serta diet dan olahraga yang baik adalah program terbaik untuk melakukannya, kata Drinkwater. Mereka yang memaksimalkan kapasitas tulang pada masa remaja, membentuk suatu sumber kekuatan tulang yang bisa berlanjut pada usia tua, demikian menurutnya.
(Sumber: Satumed)